Anak saya seorang perempuan yang kini masih duduk dibangku sekolah dasar, dia selalu berkata bahwa sering diganggu oleh satu orang teman sekelasnya laki-laki. Bahkan anak saya sering pulang dalam keadaan menangis, ketika ditanya kenapa... anak saya menjelaskan bagwa telah diganggu oleh siswa tersebut.
Kenapa anak saya sering diganggu disekolah?
Awalnya saya berpikir bahwa anak saya mendapat perlakuan bulying dari sekelompok teman sekolahannya, namun setelah mendapat penjelasan dari anak saya dan juga teman-teman yang lain bahwa sipengganggu itu merupakan seorang diri. Dan berdasarkan keterangan teman-teman anak saya, ternyata si pengganggu melakukan hal itu atas dasar suka terhadap anak saya. What???
Hal lainnya yang membuat anak saya merasa kurang nyaman disekolah adalah ketika harus duduk sebangku dengan sipengganggu itu, biasanya hal ini dilakukan ketika menjalani nasinal dimana setiap siswa biasanya mendapat kursi berdasarkan huruf inisial dari siswa tersebut. Anak saya berinisial K, dan sipengganggu berinisial J.
Saya tidak pernah mengajarkan pada anak saya untuk sombong dan tidak memilih-milih teman meski sudah ada teman sehari-hari. Namun untuk sipengganggu ini terpaksa saya memberi saran kurang baik agar sipengganggu tidak mengganggu lagi.
Tips agar anak tidak diganggu disekolah
- Saya katakan pada anak saya untuk menjauhi sipengganggu, usahakan sejauh mungkin. Ketika tahu sipengganggu mendekat, maka segeralah pergi ke tempat lain.
- Pada saat jam istirahat, usahakan lebih banyak bermain diarea yang sering dilalui Guru sekolah, atau didepan kantor sekolah saja.
- Jika sipengganggu mulai beraksi, sebaiknya tinggalkan, larilah kearah ibu/bapak guru, jangan dibalas dengan teriakan atau cubitan, karena itulah yang diinginkan sipengganggu.
- Cobalah tidak mengeluarkan kata sedikitpun pada sipengganggu meski dia mengolok olok, hindari saja.
Setelah mengetahu latar belakang anak tersebut, dia tianggal dengan kedua neneknya yang buta huruf, kedua orang tua anak tersebut telah bercerai, ibunya menikah lagi dan ayahnya banyak yang mengatakan agak stress. Meski kedua orang tunaya masih dalam satu kampung yang sama, namun sepertinya ibu dari anak tersebut tidak peduli dengan anaknya, terlebih karena dia telah menikah lagi.
Ayahnya yang kata orang agak stress sudah jelas tidak peduli dengan kehidupan anaknya, hanya kakek dan nenek nyalah yang mau merawat anak itu meski dengan segala keterbatasannya.
Jika menurut pada emosi, ingin rasanya mendatangi orang tua anak (sipengganggu) tersebut, namun... mungkin masalahnya malah akan panjang mengingat kondisi psikologis si ayah. Bukan takut ayah anak tersebut akan marah, namun lebih pada percuma atau sia-sia, karena pastinya apa yang saya keluhkan tidak akan mendapat tanggapan positif mengingat ayah tersebut seolah tidak peduli dengan kehidupan anaknya.
Ternyata warga sekitarpun sudah banyak yang mengadu ke sibapak tentang kenakalan anaknya, namun tak ada tindakan, tak ada perubahan dan memang benar tak peduli.
Agar anak SD tidak diganggu temannya disekolah.
Akhirnya saya melapor kesekolah, berharap anak saya mendapat pengawasan dari gangguan anak itu. saya juga berpesan agar tidak men-sebangkukan anak saya dengan si pengganggu ketika ujian tiba.Meski demikian, saya tidak 100% menyalahkan sipengganggu, mungkin anak saya terlalu pendiam, terlalu lembut dan terlalu baik sehingga disalah-artikan sebagai respon baik dari rasa suka sipengganggu tersebut.
Sebagai warga pendatang, terkadang sulit untuk menyelesaikan permasalahan dengan warga sekitar, mengalah adalah cara terbaik meski terkadang harus melakukan cara kasar sebagai gertakan agar warga sekitar tidak mau mengganggu warga pendatang.
Whaattt, anak kecil (sipengganggu) sudah bilang suka? ini anak kelas 3 SD loh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bahasa yang baik dan sopan meski itu mengkritisi.